Kisah Kita

Blog seputar Kampus, Mahasiswa, Kerja, Viral, dan Sosial

Selasa, 09 Januari 2018

Demo Kerasi ?

Mahasiswa kampus identik dengan kata demo, dan Indonesia identik dengan kata demokrasi. Lalu bagaimana dengan mahasiswa indonesia? "Demo Kerasi?" Ini adalah tulisan lama yang gw sempat tulis, tapi ga sempet gw publish. 

Saat gw nulis ini, gw masih berada dalam organisasi. Jadi perasaan politik dan idealisnya agak menggebu-gebu gitu. Tapi, sekarang beda lagi , perasaan itu udah mulai terkikis perlahan. Yang gw temukan di tulisan ini pun sebenarnya ga tau kemana arah tulisan ini. silahkan di baca jika kalian mempunyai waktu luang.


democracy? demo kerasi? demo keras sih?

Demo Kerasi ?

Mereka semua mati. Entah kenapa. Aku masih tak mengerti dengan apa yang telah mereka lakukan. Aku pun tidak melakukan apa-apa. Aku hanya ikut karena mereka mengajakku untuk bersuara bersama, katanya. Aku pun tak tau suara yang mana.
Hingga saat ini para pemuda yang tadinya aktif dalam menegakkan keadilan katanya itu telah kembali ke sisi yang maha kuasa. aku pikir mereka pintar untuk hal yang menyangkut nyawa, tapi pada akhirnya mereka mati sia-sia. Tidak, mereka tidak mati sia-sia, mereka mati untuk negaranya.


*
Selasa sore aku masih duduk di depan kantin yang berada di belakang kampuku. Tempat biasanya kami berdiskusi. Tak ada tempat lain lagi, semua tempat di kampus kami gunakan sebagai pajangan kampus, termasuk sebuah taman. Taman yang indah dulunya saat masih kami gunakan sebagai tempat untuk bersantai sore. Namun tidak sekarang, taman itu sudah dikandangi.

Kami masih menunggu yang lainya, kami akan mengadakan sebuah rencana besar. Mereka bilang hal ini akan merubah dunia. Aku tidak tahu bagaimana mereka melakukannya. Tapi yang pasti mereka akan bersuara di depan pemerintahan, dan akan memberikan sesuatu yang besar untuk negara, katanya.

Ketika yang lainya sudah datang dan kami berdiskusi tentang orasi yang akan di adakan di depan pemerintahan. aku masih asik dengan mainan baruku, yaitu gadged yang didapat dari jabatanku saat ini. aku ditugaskan sebagai menteri komunikasi di badan eksekutif ini. aku masih tidak tahu apa guna ku, tapi yang sudah kulakukan adalah mengumpulkan informasi dan memberikan nya kepada mahasiswa lainya. Aku sudah melakukannya.

Aku bukanlah orang yang pintar dalam mengkritik, aku lebih cenderung mengikuti alur yang telah ada. Tapi katanya di dalam keanggotaan kami ini tidak seperti itu. Mereka bilang bahwa kami ini adalah orang yang melawan arus, yang akan menjadi orang yang menegakan keadilan.

Setelah rapat usai, sore ini memang agak berbeda dari suasana sore biasanya. Hari ini terlihat ramai. Mungkin karena mereka punya semangat besar yang akan melaksanakan rencana besar esok hari.
Hari ini adalah 28 oktober. Kami para pemuda tau itu hari kami. Ya, hari sumpah kami. kami berkumpul di depan pemerintahan. Seperti yang dikatakan dalam obrolan sore kemarin, kami akan menggalakkan suara kami untuk indonesia. Bukan bernyanyi, tapi berorasi.

Sore pukul 3 banyak sekali arak-arakan yang bertuliskan tegakkan keadilan, kembalikan orang hilang, sampai ungkap pembunuh munir. Polisi berjaga menbentuk pagar betis di luar pagar pemerintahan. Kami para mahasiswa berkumpul di sini. Berjuang menegakkan keadilan.

Suasana makin panas, ujuk rasa menjadi sedikit anarkis. Seseorang dalam kerumunan berteriak. “BAKAR PEMERINTAHAN..!!!” Aku terkejut mendengarnya. Lalu ia menaiki sebuah panggung kecil berwarna merah yang digunakan untuk bersuara. Dia mengungkapkan bahwa “keadilan harus di tegakkan, mahasiswa tidak buta, mahasiswa melihat segala permasalahannya, dan pemerintah hanya diam saja. BAKAR PEMERINTAHAN…!!!”
Suasana menjadi ricuh, orang-orang berlarian. Menerobos ingin masuk pemerintahan. Melawan polisi berbadan besar. serta Ban bekas di bakar menandakan keanarkisan. Aku pun berlari. Bukan menerobos untuk masuk kedalam, tapi untuk menjauh. Namun yang lain tetap bergelut dalam kerumunan.

Beberapa saat kemudian ,beberapa mobil polisi datang, melancarkan serangan gas air mata. Kini kumpulan mahasiswa terkepung oleh ratusan polisi.

Suasana sejenak meredam. Tapi ketika polisi akan menagkap para orator. Tapi, Sebuah bom molotof di lepaskan kepada seorang polis yang hendak menahan orator. Tidak diketahui dari mana datangnya bom itu. suasana dikabutkan dengan gas air mata. Suasana kini pecah menjadi hujan tembakan.

Aku masih melihat dari kejauhan. Aku mendengar bunyi tembakan yang dilepaskankepada pemuda-pemuda yang bersuara itu. Aku kini berada di kerumunan orang-orang yang menonton pertunjukan besar ini. Aku masih tak mengerti.

Aku berlari dari kerumunan orang-orang yang berseragam polisi itu, aku berlari dari orang orang yang menyebut mereka pemuda dan aku lari dari orang-orang yang menyaksikan perperangan itu. dan hingga aku menemukan plang yang besar yang terpajang di sisi jalan, bertuliskan :
Soempah Pemoeda Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.



MARI BERJUANG BERSAMA, KITA PARA PEMUDA MATI UNTUK NEGARA,

AYO TEGAKKAN KEADILAN ?


Dan aku termenung melihat kata-kata itu. bukan isi sumpah pemudanya,tapi isi dari ajakan mereka. “AYO TEGAKKAN KEADILAN”. Jika mahasiswa berjuang untuk negaranya, para pemerintah berfikir untuk negaranya, para masyarakat bekerja untuk negaranya, lalu keadilan yang mana yang mau di tegakkan ?

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar